Pengaruh Pemberian Tepung Kelor terhadap Peningkatan Kadar HB dalam Darah Tikus
DOI:
https://doi.org/10.48144/jiks.v12i1.131Abstract
Abstrak
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan zat besi antara lain dengan pemberian zat besi, penyuluhan tentang gizi, pendekatan berbasis herbalis yang berfungsi untuk memperbaiki senyawa aktif yang terserap dari zat besi dari tepung dan menjadi tersedia di dalam tubuh pada bahan pangan. Salah satu tanaman herbal yang berpotensi dijadikan sebagai makanan dalam upaya fortifikasi zat besi di Indonesia yaitu daun kelor. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Tepung Kelor terhadap Peningkatan Kadar HB dalam Darah Tikus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain pre-post test randomized control group. Populasi penelitian adalah tikus putih betina berat 200-300 g usia antara 2-3 bulan. Sampel diambil secara simple random sampling dibagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok K (Defisiensi zat besi) dan 3 kelompok perlakuan fortifikasi tepung daun kelor. Total tikus yang digunakan 24 ekor. Teknik analisa bivariat dengan Uji Paired t digunakan untuk menganalisis pengaruh pemberian tepung kelor terhadap HB tikus putih. Hasil penelitian kadar hemoglobin 1 minggu mengalami penurunan dibandingkan dengan kadar hemoglobin awal yaitu memiliki rata-rata 9,33±0,39 g/dl. Ada perbedaan kenaikan kadar hemoglobin yang signifikan antara kelompok adaptasi dengan perlakukan 1 minggu .Ada perbedaan kenaikan kadar hemoglobin yang signifikan antara kelompok adaptasi dengan perlakuaan 2 minggu.
Kata kunci: Anemia; Tepung; Hemoglobin; Daun Kelor
The influence of the giving of the Kelor Flour to increased levels of HB in the blood of rats
Abtract
Efforts that can be made to prevent and combat iron deficiency anemia include iron supplementation, nutritional education, horticulture-based approaches to improve iron bioavailability in food, and iron fortification. One food that has the potential to be used as a food carrier in an effort to iron fortification in Indonesia is Moringa leaf. This research is a laboratory experimental study with a pre-post test randomized control group design. The study population was female white rats 200-300 g aged between 2-3 months. Samples were taken by simple random sampling divided into 4 groups, namely group K (iron deficiency) and 3 groups treated with fortification of Moringa leaf flour. The total rats used were 24 tails. The bivariate analysis technique with the Paired t test was used to analyze the effect of giving Moringa leaf flour to HB white rats, with abnormal distribution then using the Wilcoxon test. The results of the study showed a 1-week hemoglobin level decreased compared to the initial hemoglobin level which had an average of 9.33 ± 0.39 g / dl. There was a difference in the increase in hemoglobin levels that was significant between the adaptation groups and the 1-week treatment There was a significant difference in the increase in hemoglobin levels between the adaptation groups and the treatment of 2 weeks.
Keywords: Anemia; Flour; Hemoglobin; Moringa Leaf